Tuesday, October 30, 2012

Marah sebelum marah


You are not you when you angry, eh iklannya yang bener you are not you when you hungry ya? Hehehehe. Iya, memang benar, ketika kita marah, itu bukan diri kita yang sebenarnya, apalagi pakai ngamuk-ngamuk atau mengeluarkan kata-kata yang tidak sedap didengar. Bisa jadi itu setan. Karena, orang marah tidak berakal jernih, tidak memikirkan orang lain, yang terfikir bagaimana bisa terlampiaskan amarahnya.

Padahal apa manfaat marah2? Ingin menunjukkan lebih berkuasa, lebih hebat?
Apalagi bila kita marah kepada pasangan atau anak kita, jika kita sampai mengeluarkan kata2 kasar atau sampai tindakan fisik, yang ada akan menyesal. Kata kalau sudah keluar akan tergores dihati pendengarnya. Meski nanti akan minta maaf, tapi sudah tergores. Seperti ketika kita menghapus tulisan dari pensil di kertas putih, akan hilang, namun tetap akan ada bekasnya

Jadi sebelum marah, pertimbangkan beberapa hal berikut :
1.    Apakah orang yang membuat kita marah itu melakukannya dengan sengaja ataukah karena sebenarnya itu sebuah ketidaksengjaan. Atau bahkan orang tersebut bertindak yang membuat kita marah karena ketidaktahuan.
  • Orang yang sengaja ingin membuat kita marah, biasanya bentuk dari ketidaksukaan kepada kita, atau bentuk protes. Misalnya rekan kerja kita, kawan atau tetangga kita. Maka instropeksi dulu sebelum memarahi, apa kita pernah berbuat salah atau menyakitinya.
  • Orang yang tidak sengaja, ya kita harus memaklumi, di tegur pelan2 dan dengan bijak. Misal yang membuat kita marah itu pasangan kita, coba pikir sebelum marah, masa iya orang yang sudah rela “stuck” sama kita mau bikin kita jengkel dengan sengaja, kalau itu dilakukan dengan sengaja ya biasanya bentuk protes.
  • Orang yang  karena tidak tahu bikin kita marah, kita harus bersabar memberi tahu bahwa dia telah bertindak salah dan membetulkan kesalahannya. Contoh ketika anak kita yang mengacak-ngatas dompet atau tas kita. Mungkin dia melakukannya karena penasaran, karena ingin explore pengetahuan. Jadi jangan main pukul, main bentak2, apalagi keluar kata2 kasar “dasar anak bandel, anak gak patuh”. Ingat, kata itu sebagian dari do’a, jadi harus tetap hati-hati berkata ketika marah kepada anak. Tarik nafas dalam2. Posisikan diri sejajar dengan anak, tatap matanya, dan bicara dengan halus dan bijak, beri tahu anak bahwa tindakannya ini tidak baik.

2.     Marah itu setengah gila. Ali Bin Abitholib RA mengatakan marah itu setengah gila. Mau di bilang setengah gila? Kalau mau ya silahkan teruskan marahnya, hehe. Tapi kalo kita yang dimarahin jangan bilang orang yang memarahi kita itu setengah gila ketika masih marah sama kita lho ya!!, nanti malah bikin nambah marah, hehe.

3.    Marah keseringan justru akan menambah masalah atau memperkeruh suasana.

4.    Marah justru menunjukkan kelemahan. Marah itu akan menunjukkan semakin lemahnya kita, karena kita tidak bisa menahannya, karena tidak bisa menghalau diri, mengendalikan nafsu, menyetir setan yang ngompor-ngomporin. Berarti kita kalah dong sama setan.

Abul Laits Assamarqandi meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Said Alkhundri r.a. berkata Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Marah itu bara api maka siapa yang merasakan demikian, jika ia sedang berdiri maka hendaklah duduk, bila ia sedang duduk hendaklah bersandar (berbaring)."

Abul Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Said Alkhundri r.a. berkata Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Awaslah kamu dari marah-marah, kerana marah itu bererti menyalakan api dalam kalbu anak Adam, tidakkah kamu melihat seseorang yang marah itu merah matanya dan tegang urat-urat lehernya, kerana itu bila seseorang merasakan yang demikian hendaklah berbaring dan meletakkan badannya ditanah."

Sesungguhnya ada diantara kamu orang yang lekas marah tetapi juga lekas reda, maka ini seimbang dan ada yang lambat marah dan lambat sembuh (reda), ini juga seimbang, dan sebaik-baik kamu lambat marah dan cepat reda, dan sejahat-jahat kamu yang cepat marah dan lambat sembuhnya."

Abu Umamah Albahili r.a. berkata Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Siapa yang dapat menahan marah padahal ia dapat (kuasa) untuk memuaskan marahnya itu, tetapi tidak dipuaskan bahkan tetap ditahan/disabarkan, maka Allah s.w.t. mengisi hatinya dengan keridhoan pada hari kiamat."

Sedangkan untuk kita yang kena marah, akan lebih bijak bila kita bisa bereaksi dengan tepat. Pertama, jangan langsung menentang atau marah balik, karena akan membuat orang tersebut makin marah atau memperkeruh keadaan. Jangan menyiram bensin ke atas api. Berusahalah diam dan mendengar, meski sulit, paling tidak bisa menolong dengan tidak semakin menyulut api. Setelah menunggu, namun orang tersebut masih marah, minta maaf terlebih dahulu kemudian coba ijinlah untuk meninggalkan dia sejenak, agar dia tenang. Lalu jika kira2 dia sudah tenang, datangi, minta maaf lagi agar lebih lega / plong, jelaskan mengapa bertindak yang sampai membuat dia marah, mungkin karena ketidak sengajaan, ketidak tahuan, atau ada tujuan yang baik di balik itu. Kita harus lebih sabar, karena dia marah mungkin karena tidak tau apa alasan tindakan kita.   Mungkin bukan semata-mata karena dia tidak suka. Jelaskan dengan bijak. Bila memang dia tidak suka, bertanyalah bagaimana sebaiknya.

Jadi ingat, sebelum marah, marahlah kepada diri sendiri. Bertanyalah mengapa orang tersebut berbuat salah? Jadi kita bisa menyesuaikan respon, bukan asal marah. Dan bertanyalah, apakah marah menyeleseikan masalah dan membuat keadaan lebih baik? Kalau sulit menahannya, tinggalkan sejenak orang yang buat kita marah, ambil air wudhu. Atau duduklah, atau berbaring. Tenangkan diri biar bisa marah dengan tepat.

Mohon selalu kepada Allah SWT, untuk bisa mengendalikan diri dalam setiap keadaan. Semoga bermanfaat, khususnya buat saya pribadi dan keluarga.

No comments:

Post a Comment