Obrolan
sore suami istri
|
Suami : eneng apa kabar hari ini?, si entong sibuk apa hari
ini?
Istri : ( Dengan raut muka agak muram) bang……….
Suami : (dengan tatapan teduh ke istrinya) apa neng?
Istri : (bukan jawab pertanyaan suami, malah balik
nanya)..eemmm dosa ngga ya bang, kalo kita merasa lebih rendah dari teman2
kita?
Suami : maksud eneng, lebih rendah yg bagaimana neng?
Istri : begini bang, hidup kita kan sederhana banget kaya
gini, rumah mungil tanpa meja kursi, kita ngobrol atau makan duduk dilantai saja,
kasur kita pun sudah tipis dan tanpa dipan, bahkan si entong tidur Cuma
beralaskan tumpukan kain yang kita balut dengan seprei. Kadang neng malu bang
sama temen2 atau sodara kita pas mereka berkunjung kemari. Kok kita terkesan
melas banget, atau pelit buat beli perabot rumah. Walaupun pekerjaan abang Cuma
kuli tapi sebenernya kita bias ngontrak rumah agak bagusana, beli meja kursi,
kasur dan TV yang gede.
Suami : (dengan tersenyum teduh) neng…aduh..si eneng kenapa
ini, kok tiba2 jadi berfikiran seperti itu? Bukannya eneng yang selalu
ngingetin abang untuk selalu bersyukur. Belanja cukup tak berlebihan, hidup
cukup tak perlu mewah, sehingga kita bisa berbagi kepada yang kurang beruntung.
Banyak sodara kita dikampung yang butuh nerusin sekolah, atau sekedar untuk ke
dokter. Bukankah neng yang selalu ngingetin abang untuk bersedekah kepada anak
yatim, agar kita dibangunkan rumah di surga (sambil ngelus2 kepala istrinya)
Istri : (tersenyum kecil)
Suami : eneng, kita berdua tau bahwa kita bisa hidup nyaman
dan layak dengan pendapatan abang. Bukan kita ngga kepengen punya perabotan
yang nyaman dan empuk. Tapi kalo sofa empuk dan TV gede membuat kita lupa dan
malas-malasan untuk baca Qur’an, untuk baca buku atau artikel di internet
menambah ilmu Allah, membuat kita lupa berdzikir atau segala hal yang membuat
Allah cinta sama kita, maka barang2 perabotan tersebut akan jadi fitnah. Dan
kalo kasur empuk membuat tidur kita terlalu lelap sehingga malas untuk bangun sholat
malam, maka sungguh meruginya kita. Segala sesuatu yang kita punya itu titipan,
dan nanti akan kita pertanggungjawabkan bagaimana kita memperolehnya dan
bagaimana kita menggunakannya.
Tapi kalo kesederhanaan ini membuat kita selalu dekat dengan “Kekasih” kita,
maka Inshaallah ini adalah kesederhanaan yang berkah.
Kita bisa membuat diri kita kaya dan cukup dengan bersyukur. Kalo kita tidak
bersyukur meski punya emas segede gunung Uhud kita tetep merasa miskin, inget
kan nasehat ustad YM?. Misal abang berpendapatan 20x lipat dari sekarang, tapi
kita terus haus untuk memuaskan diri dan selalu merasa kurang, maka kita ini
belum kaya neng. Tetapi meski sedikit pendapatan abang, namun kita masih bisa
berbagi atau bersedekah missal 10% atau bahkan 25% dari pendapatan abang tiap
bulannya, maka Inshaallah kita sudah kaya neng. Kita berusaha hidup sederhana
karena ingin bisa berbagi, bukan pelit atau apa, Allah maha Tahu apa yang kita
jalani ini. Lagian, apa2 yang ada dilangit dan dibumi beserta isinya adan apa2
diantaranya itu semua milik Allah, kita mah Cuma dititipin, dikasih pinjem.
Jadi tidak perlu peduli orang laen bilang atau berfikir apa ya istriku sayang.
Mau dikata kita pelit atau pekerjaan abang Cuma kuli. Karena yang penting apa
dan bagaimana kita di hadapan “Kekasih” kita. Karena hidup kita ini untuk NYA,
bukan untuk manusia. Tapi yang paling penting kita harus tetep bersikap baik
kepada mereka, tetep berprasangka baik, berkata sopan dan terus menjaga silaturrahmi,
juga membantu bila mereka memerlukan. OK istriku ayang? Udah ya jangan muram
lagi. Berdo’alah kepada Allah yang menggenggam hati kita, semoga hati kita
selalu dijagaNYA, sehingga kita tidak perlu cemas atau khawatir tentang
pemikiran dan penilaian orang lain kepada kita selama kita berbuat baik. Eh, si
Entong belum bangun dari abis ashar tadi?, bangunin gih..biar kita bisa ke
mesjid buat sholat maghrib.
No comments:
Post a Comment