Alhamdulillah, akhirnya bisa menorehkan uneg2 juga, terkait
dengan ibu, karena beberapa hari yang lalu rakyat Indonesia memperingati hari
ibu, tepatnya pada tanggal 22 Desember.
Saya pribadi sebenarnya kurang setuju dengan adanya perayaan
hari ibu. Alasan saya yang pertama adalah karena setahu saya Islam tidak
mengajarkan untuk peringatan hari khusus untuk ibu, saya tidak akan membahas
mengenei ini karena kapasitas ilmu saya belum mampu. Yang kedua, tentu semua
orang setuju bahwa mengapresiasi, atau menunjukkan penghormatan kita kepada ibu
itu harusnya tiap saat. Bukan satu hari
saja.
Beruntung bagi yang diasuh ibunya dari kecil, sekarang sudah
menjadi ibu pula, sehingga lebih terasa kasih dan perhatian ibu sewaktu kecil. Karena
harus mempraktekkannya sekarang. “butuh” terhadap ibu lebih terasa ketimbang
dulu saat masih belum jadi ibu. Dulu waktu kecil merasa bahwa sudah hak kita
mendapatkan perhatian ibu. Memang tugas ibu memasak buat aku, menyucikan
bajuku, membantuku mengerjakan PR dan lain sebagainya. Kita belum merasakan
pengorbanan ibu untuk kita. Karena perasaan sudah semestinya tugas ibu begitu. Sering
lupa terhadap kewajiban kita sebagai anak untuk membahagiakan dia, paling tidak
membantu meringankan bebannya dengan patuh kepadanya, jadi anak rajin atau
sholeh. Malah sering membantah, atau bahkan sampai membentak ibu.
Beruntung juga yang tidak sempat dirawat oleh ibunya. Allah
Maha Tahu kebutuhan hambanya, mungkin bila dirawat oleh ibunya, justru dia jadi
anak manja, berani dan malah durhaka. Jadi Allah memisahkan dia dari ibunya
sedari dia kecil.
Sekarang terasa sekali pentingnya figure ibu. Contoh seorang
ibu yang merawat rumah tangganya. Hal ini mengingatkan saya bagaimana harus berhati hati menjadi seorang ibu. Untuk anak laki2 saya, nanti akan
berpengaruh dengan bagaimana dia memperlakukan istri dan anak2 nya, untuk anak
perempuan akan berpengaruh bagaimana dia nanti akan memenejemen rumah
tangganya.
Tugas ibu memang tidak
mudah, karena titipan amanah anak2 dan suami. Allah menganugrahkan anak dan
suami sebagai ladang kita untuk memperoleh RahmatNya . Jalani untuk semakin
mendekatkan diri kepadaNya. Jangan dijadikan beban. Merekalah sarana kita untuk
beramal.
Sungguh terasa sedih bila belum mampu berbakti membalas jasa2
ibu kita, yang memang sungguh tak akan pernah cukup membalasnya dengan apa jua.
Beruntung yang masih dekat dengan ibu, bisa merawat ketika beliau sakit, bisa
berbagi kebahagiaan dengan beliau. Namun banyak juga dari kita yang tinggal
sangat jauh dari ibunya, bahkan terpisah benua. Hanya doa dan sering
menghubungi yang bisa dilakukan. Bila beliau sakit hanya bisa mendoakan, tidak
bisa merawat, memasak ataupun menyuapi beliau.
Saya selipkan link yang memaparkan tentang ibu, yang menurut
saya sangat menyentuh hati
Semoga saya bisa terus memperbaiki diri untuk menjadi seorang
ibu dan anak dari ibu saya sesuai dengan syariah Islam. Allahuma Aammiinn