"Inget nduk,diatas langit itu masih ada langit"
"Diatas orang pinter itu masih ada orang yang lebih pinter"
"Padi itu semakin berisi semakin merunduk"
"Orang itu semakin berilmu akan semakin banyak sujud"
Jadi jangan merasa sudah pinter, sudah banyak ilmumu, sudah lebih baik dari orang lain. seharusnya semakin banyak ilmumu itu akan membuatmu semakin dekat dengan Penciptamu, semakin membuatmu sayang dengan lingkunganmu, semakin membuatmu mengerti bagaimana bersikap kepada sanak, sodara, dan karibmu, semakin membersihkan hatimu dari sombong; iri;dengki;congak. kalo kamu merasa lebih baik nduk, periksa lagi hatimu, mungkin sedang bengkak. obati nduk sebelum terlambat. banyak ilmu itu seharusnya membuatmu semakin mengerti bagaimana berjalan, bukan makin tersesat nduk.
ilmumu itu sebenarnya seberapa tho? wong belajar juga baru saja. merasa banyak sekolah? sekolah apa nduk? sekolah hidup atau bukan? mungkin mata, telinga, dan fikiranmu sekolah, tapi hatimu belum. rugi nduk,,kamu rugi.
sono banyak tirakat, banyak tafakur, banyak tadzakur. merenung yang benar sebelum hidupmu berakhir sia-sia dengan sombongmu nduk. kalo kamu sombong gimana ilmu yang benar bisa masuk?
sabarlah terhadap kesombonganmu, hilangkan. sujud yang benar, yang khusuk. kamu itu cuma setitik debu, danging yang bisa mondar-mandir sambil nggendong dosa segunung tapi ngga sadar.
#edisiDijitakBapak
Saturday, March 23, 2013
Friday, March 8, 2013
Mari membangun negeri
Bissmillahi Arrohman Arrohim
Abis nengok twitter beberapa hari
yang lalu, ngga sengaja ada TL tentang 9S10A (9 Summers 10 Autumns). Buku ini
akan dibuat film layar lebar. Sama kaya suksesnya buku Negeri 5 Menara yang
difilmkan juga. Namun mengapa tiba-tiba hatiku berontak, geregetan. Nah loh. Bukannya
itu bagus. Ada penulis yang sukses menuliskan kisah hidupnya, banyak yang suka,
bisa jadi semangat generasi muda, trus di filmkan. Kan film lebih diminati anak
muda, terutama yang kurang suka membaca, jadi pesan atau nilai positif dari isi
buku akan mudah tersampaikan.
Jujur saya iri dengan prestasi
kedua pemuda hebat ini. Karena kegigihan mereka ingin bangkit dari kemiskinan. Rajinnya
perjuangan hidup mereka yang membuat mereka berasal dari keluarga yang tidak
mampu dan tinggal di pelosok, akhirnya bisa sukses di negerinya Obama. Sungguh prestasi
yang luar biasa. Dari kisah 9S10A, seorang anak kecil yang tinggal didaerah
Batu Jawa timur, yang ibunya saja tidak tamat SD dan bapaknya seorang supir
angkot yang tanggal lahirnya saja tidak ingat. Yang tidak punya mainan dan
harus kerja sedari kecil sambil sekolah, bisa sukses di New York. Demikian juga
kisah dari N5M, seorang santri dari daerah Maninjau yang bapaknya meninggal
ketika dia masih sekolah dan dia harus berjualan sambil kuliah, bisa menerima 8
beasiswa ke luar negeri. Sungguh kisah nyata yang spektakuler. Masih adalagi
beberapa buku yang mengisahkan hamper sama, seperti Meri Riana yang sukses di
Singapore dengan buku mimpi sejuta dollarnya, ataupun Muhammad Asad yang sukses
juga dengan kisahnya Notes From Qatar. Dan pasti mungkin banyak kisah-kisah
yang lain yang saya tidak tahu.
Yang bikin saya geregetan
sebenernya apa. Mengapa yang difilmkan kisah-kisah orang yang pinter namun dari
ceritanya ukuran sukses itu kalo bisa bekerja sukses diluar negeri. Dari yang saya tangkap begitu.
Yang saya takutkan adalah generasi bangsa kita akan termotivasi berjuang gigih
meraih masa depan mereka namun karena ingin bisa bekerja sukses diluar negeri. Bukan
ingin membangun bangsanya sendiri. Hidup diluar negeri itu enak, negaranya
maju, fasilitas modern memadai. Terdengar keren bila bisa sukses di luar
negeri. Padahal bangsa kita sangat butuh generasi-generasi seperti bidan Eulis Rosmiati,
yang dengan rela membantu warga di desa Ujung Genteng pesisir selatan Jawa
Barat. Sebuah desa yang dibutuhkan ongkos skitar Rp50.000 dengan jarak tempuh
sekitar 30km untuk mencapai puskesmas terdekat. Dari beberapa video yang saya
lihat di youtube beliau membantu penduduk desa tersebut mulai dari bagaimana
bisa menabung bergotong royong sehingga setiap rumah bisa mempunyai toilet. Dan
metode yang beliau gunakan tidak memberatkan masyarakat setempat. Memang butuh
waktu dan keuletan. Beliau masuk desa tersebut mulai tahun 1991, namun belum
lama ini baru diketahui perjuangan beliau. Ini kisah mengenei beliau yang
lumayan lengkap http://www.sukabumitoday.com/2011/07/bidan-eulis-rosmiati-sang-teladan-dari.html
Demikian juga dengan kisah
seorang ustad yang berhasil membuat 220 suku di Papua memeluk Islam. Beliau juga
mengajarkan kepada mereka bagaimana menjaga kebersihan sehingga yang sebelumnya
mereka mandi 3 bulan sekali dengan minyak babi bersedia mandi setiap hari
dengan sabun. Dan tentu adab-adab yang lain juga. Perjuangan yang sangat berat,
bahkan ada satu suku yang bisa dijangkau dengan jarak tempuh jalan kaki selama
3 bulan. Kisah beliau bisa di cek di link ini .
http://jejakrina.wordpress.com/2011/12/13/berdakwah-di-papua-luaarr-biasa-nikmatnya/
Tentu masih banyak kisah-kisah
sukses perjuangan pahlawan-pahlawan yang gigih menolong rakyat2 terpencil,
terpelosok jauh dari peradaban. Alhamdulilah nya mungkin TV show seperti Kick
Andy sudah mengisahkan suksesnya pahlawan-pahlawan tersebut. Semoga bisa
menyemangati membangkitkan greget generasi muda untuk menolong bangsa sendiri. Seperti
film terakhir Habibi & Ainun, paling tidak masih mengisahkan cinta Indonesia.
Bukannya sukses sendiri di negeri orang. Mungkin ratusan atau bahkan ribuan
orang-orang jenius dari Indonesia yang tinggal dan beranak pinak diluar negeri.
Tidak tidak bisa menyalahkan mereka. Karena cemerlangnya otak mereka tidak
dihargai oleh pemerintah kita. Justru luar negeri yang menghargai.
Aahhh, emosi saya akan terpancing
lagi. Akan saya hubungkan pemerintah yang sibuk korup sehingga yang pinter pada
lari ke luar negeri. Dan apa yang bisa saya lakukan. Paling ya ngamuk-ngamuk di
blog kaya gini. Atau diskusi sama temen-temen saja. Terimakasih blog, sudah
jadi salah satu lahan katarsis saya.
Namun, bila kisah-kisah sukses
pahlawan dalam negeri di filmkan, akan mampu mengeboost generasi muda untuk
cinta Indonesia, untuk menumbuhkan keinginan membangun bangsa sendiri, menolong
orang sendiri.
Alhamdulillah juga, sekarang
seperti A.fuadi mendirikan komunitas menara, mengupayakan sekolah gratis buat
anak-anak. Selain itu para orang sukses diatas (Iwan Setiawan, A.Fuadi, Meri
Riana, Muhammad Asad) memberikan tweet-tweet dan motivasi gratis di jejaring social
tweeter atau Facebook. Mereka juga punya blog pribadi yang memuat
motivasi-motivasi.
Saya sendiri merasa malu karena
hanya bisa menghujat, belum bisa berbuat apa-apa untuk masyarakat, bahkan untuk
tetangga dekat atau keluarga. Semoga masih ada waktu untuk mewujudkan mimpi
saya membangun desa saya. Aammiinn
Allahu Alam
Subscribe to:
Posts (Atom)