Pentingkah belajar
tajwid? Pertanyaan ini akan muncul bagi murid tajwid pemula seperti saya.
Apalagi karena faktor usia dan faktor mother
tongue yang berbeda dengan orang arab, membuat belajar tajwid sedikit
sulit. Akhirnya banyak orang yang mencari alibi bahwa yang pentingkan tau
artinya, yang pentingkan tau tafsirnya Al-Qur’an. Apa gunanya bisa baca tapi
tidak mengerti isinya. Banyak juga dari cerita dari teman2 yang punya teman
yang bisa berbahasa arab (orang arab), orang arab terheran heran ketika melihat
kita bisa membaca Al-Qur’an dengan tartil, namun tidak tau apa isinya.
Kita yang lahir dan
besar di di Indonesia, belajar mengaji sudah dibudayakan bahkan sebelum masuk
sekolah dasar. Tapi belajarnya mungkin belum serius. Bisa baca Al-Qur’an tapi
belum lancar, mengetahui dasar2 ilmu tajwid namun mengeluarkan makhroj dengan
benar belum bisa, atau panjang pendeknya belum tepat. Merasa putus asa
akhirnyapun terselip pemikiran *ya sudahlah yang penting bisa baca artinya*
Nah, apakah memang belajar
tajwid itu penting. Mana yang harus didahulukan, belajar tajwid atau belajar
ilmu tafsir. Apalagi kalau mau buru2 karena merasa sudah tua, merasa kesulitan,
merasa sangat sibuk dengan urusan lain, atau malu *masa sudah tua belum bisa
mengaji*.
Banyak orang menjadi
mualaf tersebab membaca tafsir Al-Qur’an. Mereka memahami isinya, kemudian
merasai hebatnya kalam Allah ini, sehingga terketuk hati untuk masuk Islam.
Yang ini beda kasus dengan kita yang lahir di lingkungan atau keluarga
muslimin. Yang sudah mendapatkan nikmat itu, tidak perlu mencari. Atau pasangan
yang mempunyai istri/suami mualaf, mau mengajarkan Al-Qur’an dari huruf hijayah
dan hukum2 tajwidnya bisa menjadi tantangan yang luar biasa. Bisa2 mereka
takut, susah amat sih Islam, musti belajar kaya ginian, bisa2 mereka lari
ketakutan.
Keutamaan Al-Qur’an.
Sebagai landasan hidup umat manusia (bukan hanya umat Islam) memiliki
keistimewaan dibanding dengan kitab yang lain. Landasan hidup disini karena
Al-Qur’an memuat semua hukum dan aturan yang dibutuhkan manusia. Mulai tata
cara memerintah negara sampai hal hal kecil seperti adab ke kamar mandi.
Beberapa keistimewaan Al-Qur’an :
a.
Saat Tilawah/membacanya
Dianjurkan
untuk dibaca setiap hari, dinilai ibadah saat membacanya dan pahalanya tidak
dihitung perayat atau per kata melainkan perhuruf. Seperti yang dijelaskan
dalam hadist “Saya tidak mengatakan Alif
Lam Mim itu satu huruf, namun Alif adalah satu huruf, Lam satu huruf, dan Mim
satu huruf” (HR Attirmidzi)
b.
Saat Mentadaburi / merenungkannya
Mampu
menggerakkan kemajuan kehidupan kita saat selalu dibaca dan ditadaburi makna
yang terkandung dalam setiap ayatnya. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS.
38:29 “Ini adalah sebuah kitab yang kami
turunkan kepadamupenuh dengan berkah supaya mereka mentadaburkan
ayat-ayatNyadan supaya menjadi peringatan bagi orang-orang yang berakal”
c.
Saat Menghafalnya
Mampu
menghafal Al-Qur’an adalah salah satu cirikhas orang2 yang diberi ilmu, juga
sebagai salah satu tolok ukur keimanan hati seseorang. Allah SWT berfirman “Sebenarnya Alqur’an itu adalah ayat2 yang
jelas didalam dada2 orang yang diberi ilmu, dan tidaklah mengingkari ayat2 Kami
kecuali orang2 yang dzolim” QS. 29:49
Rosulullah
Saw bersabda “Sesungguhnya orang yang
didalam dadanya tidak terdapat sebagian dari pada ayat Alqur’an, bagaikan rumah
yang tidak berpenghuni”
Dan
beberapa keutamaan Alqur’an yang lain bisa dilihat pada link berikut http://almanhaj.or.id/content/2824/slash/0/keistimewaan-keistimewaan-al-quran/
No comments:
Post a Comment