Monday, December 15, 2014

Beranak pinak dan bersuami

Bismillah

Berakar dari keluarga broken home, saya dulu bercita-cita mengabdikan diri buat keluarga, terutama buat anak. Ketika saya kuliah, saya bener-bener serius salah satunya karena pengen mempelajari dasar-dasar perkembangan anak (*jurusan psikologi). Bahkan skripsi saya fokus pada anak gifted (pengen punya anak gifted waktu itu). Sering ketika menelfon kakak-kakak, kami berdiskusi bagaimana kami harus serius menjadi orang tua, merawat dan mendidik anak dengan sepenuhnya, mengenyampikan diri, kalo sudah punya anak, harus fokus pada anak-anak.

Saya juga pernah sekolah dibidang kesehatan sebentar, agar paling tidak bisa melakukan first aid bila anak-anak sakit. Belajar bahasa Inggris mati-matian salah satunya saya pingin anak-anak bisa lancar bahasa Inggris (dulu gak kebayang anak-anak saya bakal lahir dinegara berbahasa Inggris). memberanikan diri belajar nyupir karena saya pingin bisa bawa anak-anak main atau nganter mereka les privat, karena suami pasti kerja. Intinya saya mencoba mempersiapkan diri menjadi ibu yang cekatan, yang mandiri (gak terlalu ngerepotin suami), yang bisa ngerawat dan mendidik anak dengan maksimal.

Dulu ketika sebelum menikah, juga sering membayangkan jadi istri yang pintar di banyak hal, tentunya dalam urusan rumah tangga. Mengabdi pada suami, merawat rumah dengan rapih, mesasak yang cantik dan lezat, pokoknya pengen jadi istri perfect lah. Tidak cengeng, bisa jadi temen curhat suami, bisa mendukung dan menyemangati suami, tidak cerewet, selalu bisa bersabar menerima kekurangan suami, selalu bisa sabar bila suami marah atau suntuk, akan tetap tersenyum ketika suami marah, atapun bisa tegar dihadapan anak ketika sedang berselisih dengan suami.

Ya, semua itu yang saya persiapkan dan saya impikan. Tapi hidup berumah tangga itu bukan dalam angan-angan, ini praktek hidup nyata, sering kali berbenturan dengan yang kita inginkan atau kita rencanakan. Masalah datang bertubi silih berganti. Bicarakan, jangan dipendam, biar tidak menumpuk dan akhirnya seperti bom waktu, yang bisa meledak setiap saat.

Dari awal pernikahan sebaiknya bisa saling jujur mengenei kekurangan masang-masing. Bisa mentoleransi, mengerti dan memaafkan kekurangan pasangan. Namun, diri juga harus peka dan rajin memperbaiki diri untuk pasangan. Jangan marah atau defens ketika dikritik. Segera minta maaf dan perbaiki diri. Mengenyampingkan ego, keinginan, ataupun hobi pribadi. karena sekarang sudah tidak bertanggungjawab tetntang keberadaan diri sendiri saja. Tapi ada anak, ada pasangan.

Ketika pasangan salah, atau anak berulah jangan langsung naik pitam, tahan dulu. Fahami mengapa mereka salah, mengapa mereka berulah, jangan langsung menghukum atau menghujat. Kalo tidak bisa menahan, tinggalkan mereka sejenak, kalaupun anak menangis, biarkan tinggalkan sebentar. Tata hati dan fikiran, tarin nafas pelan, berwudhu, baca istigfar. Ketika sudah tenang baru temui untuk menyelesaikan.

Karena kalau langsung bereaksi (kalau reaksinya salah) pada suami, malah akan menimbulkan pertengkaran yang hebat, akan menimbulkan penyesalan, akan bisa menyakiti, kata ustad Nouman, sangat mudah buat kita untuk berkata kasar atau menyakiti orang dekat (keluarga), orang yang seharusnya kita hormati Suami) dan sayangi (anak-anak) lebih dari orang lain. Sangat mudah memasang muka manis dan berkata sopan dan lembut kepada orang baru kita temui (pengen meng impres), namun sulit untuk melakukan hal-hal tersebut kepada orang-orang terdekat kita. What is wrong with us?

Hormatilah dan sayangilah suamimu. Di menit Ijab qobul, dia mengambil alih tanggung jawab atas dirimu dari bapakmu. Dia harus menafkahimu, merawat, dan mendidikmu, padahal dia tidak berhutang apa-apa pada bapakmu. Dia meninggalkan ibunya tempat bermanja, untuk tinggal bersamamu dan memanjakanmu. Dia menomorduakan sahabat dan saudaranya karena ingin menomorsatukanmu, menemanimu, mengahbiskan waktu bersamamu. Maka INGAT, bila dia salah sedikit saja, jangan lupakan beban dipundaknya atas dirimu dan anak-anakmu, jangan lupakan semua kebaikan dan pengorbanannya hanya karena satu kesalahan yang dia perbuat. Jangan menceritakan aibnya pada siapa saja. Kalau kamu perlu curhat atau konsultasi pastikan kepada orang terdekat.

I love you Aa, semoga Alloh mempermudah aku untuk menjadi istri dan ibu sholehah. Aku memohon ampun kepada Alloh atas kecerobohanku selama menjadi istri dan ibu dari anak-anakmu. Maafkan aku Aa ku.



No comments:

Post a Comment